Rabu, 02 Oktober 2013

Tambahan Subsidi Penerbangan Rp 2 M Sudah Ditetapkan dalam APBD-P


kamis 3 oktober 2013
MALINAU - Bagian Ekonomi dan Penanaman Modal (BEPM) Setkab Malinau telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2 miliar untuk tambahan subsidi penerbangan. Kepala BEPM Tirusel STP kepada wartawan, menerangkan penambahan anggaran subsidi penerbangan tersebut ditetapkan dalam APBD Perubahan tahun ini.

“Kami usulkan Rp 2 miliar dalam paripurna penetapan APBDP 2013 dan sudah ditetapkan,” kata Tirusel, kemarin (2/10). Sekedar diketahui, BPPM memrogramkan penambahan anggaran subsidi penerbangan. Dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan penerbangan ke berbagai daerah di wilayah perbatasan.

Terutama menjelang natal dan tahun baru seperti tahun-tahun sebelumnya, yang selalu terjadi lonjakan penumpang. Tambahan subsidi tersebut, kata Tirusel, diperuntukan untuk 2 maskapai yang selama ini melayani penerbangan ke wilayah perbatasan. Yakni maskapai MAF (Mission Aviation Fellowship) dan Susi Air.

Maka, dengan adanya penambahan ini total keseluruhan yang dikeluarkan pemerintah untuk subsidi penerbangan adalah sebesar Rp 14 miliar. Anggaran subsidi penerbangan pada APBD murni 2013 sebesar Rp 12 miliar.

Subsidi tersebut diperuntukan untuk penerbangan seluruh kecamatan di perbatasan—terdiri dari Kecamatan Sungai Boh, Kayan Selatan, Kayan Hulu, Kayan Hilir, Pujungan, Bahau Hulu dan Kecamatan Perwakilan Kayan Hilir di Long Sule-Pipa.

Adapun besaran subsidi yang diberikan pemerintah untuk setiap pengguna penerbangan (setiap orang) adalah Rp 350 ribu. “Kecuali ke Lembusan Rp 500 ribu. Penetapannya dilakukan melalui proses perhitungan dengan mempertimbangkan berbagai aspek,” bebernya.

Penyaluran tambahan subsidi dilakukan setelah usulan penambahan subsidi penerbangan oleh BEPM dalam APBDP tahun ini telah disetujui dan ditetapkan. “Itu akan segera kami tambahkan. Besarannya disesuaikan dengan frekuensi kebutuhan penerbangan dari masing-masing maskapai,” ujarnya.

Dikatakan Tirusel, ada sejumlah daerah yang frekuensi penerbangannya cukup tinggi. Maka, dipastikan akan mendapat tambahan lebih besar dibandingkan dengan daerah dengan frekuensi kebutuhan penerbangan yang sedang atau kurang.

Beberapa daerah yang frekuensi penerbangannya tinggi, antara lain Lembusan di Kecamatan Sungai Boh, Sule-Pipa, kecamatan pemekaran Kayan Hilir. “Karena Sule-Pipa ini hanya bisa diakses oleh pesawat, tidak ada akses lain, bahkan sungai atau darat tidak bisa,” urainya.

Untuk penerbangan dengan maskapai Mission Aviation Fellowship (MAF) jatah penerbangan ke Lembusan dan Mahak Baru (Sungai Boh) serta Data Dian sudah habis. Sedangkan untuk penerbangan dengan Susi Air hanya penerbangan ke Lembusan yang sudah habis. “Itu sampai dengan akhir September lalu,” jelasnya.

Sementara itu, jatah penerbangan yang sudah nyaris habis untuk penerbangan dengan maskapai MAF, antara lain Pujungan yang tinggal menyisakan 2 kali penerbangan. “Mungkin bulan ini sudah habis, penerbangan ke Long Nawang (Kayan Selatan) tinggal 7 penerbangan. Lalu Sule-Pipa sisa 10 kali penerbangan, Long Alango (Kecamatan Bahau Hulu) sisa 10 penerbangan, Long Metun 6 penerbangan, dan Sungai Barang sisa 9 kali penerbangan,” sebutnya.

Untuk maskapai Susi Air, Long Nawang menyisakan 23 kali penerbangan, Mahak Baru (26 kali penerbangan), Data Dian (Kayan Hilir) menyisakan 24 kali penerbangan, Sule-Pipa menyisakan 23 kali penerbangan dan Long Alango (Kayan Hulu) menyisakan 17 kali penerbangan. “Semua dihitung per September lalu,” pungkas Tirusel.

Tambahan Subsidi Penerbangan Rp 2 M Sudah Ditetapkan dalam APBD-P


kamis 3 oktober 2013
MALINAU - Bagian Ekonomi dan Penanaman Modal (BEPM) Setkab Malinau telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2 miliar untuk tambahan subsidi penerbangan. Kepala BEPM Tirusel STP kepada wartawan, menerangkan penambahan anggaran subsidi penerbangan tersebut ditetapkan dalam APBD Perubahan tahun ini.

“Kami usulkan Rp 2 miliar dalam paripurna penetapan APBDP 2013 dan sudah ditetapkan,” kata Tirusel, kemarin (2/10). Sekedar diketahui, BPPM memrogramkan penambahan anggaran subsidi penerbangan. Dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan penerbangan ke berbagai daerah di wilayah perbatasan.

Terutama menjelang natal dan tahun baru seperti tahun-tahun sebelumnya, yang selalu terjadi lonjakan penumpang. Tambahan subsidi tersebut, kata Tirusel, diperuntukan untuk 2 maskapai yang selama ini melayani penerbangan ke wilayah perbatasan. Yakni maskapai MAF (Mission Aviation Fellowship) dan Susi Air.

Maka, dengan adanya penambahan ini total keseluruhan yang dikeluarkan pemerintah untuk subsidi penerbangan adalah sebesar Rp 14 miliar. Anggaran subsidi penerbangan pada APBD murni 2013 sebesar Rp 12 miliar.

Subsidi tersebut diperuntukan untuk penerbangan seluruh kecamatan di perbatasan—terdiri dari Kecamatan Sungai Boh, Kayan Selatan, Kayan Hulu, Kayan Hilir, Pujungan, Bahau Hulu dan Kecamatan Perwakilan Kayan Hilir di Long Sule-Pipa.

Adapun besaran subsidi yang diberikan pemerintah untuk setiap pengguna penerbangan (setiap orang) adalah Rp 350 ribu. “Kecuali ke Lembusan Rp 500 ribu. Penetapannya dilakukan melalui proses perhitungan dengan mempertimbangkan berbagai aspek,” bebernya.

Penyaluran tambahan subsidi dilakukan setelah usulan penambahan subsidi penerbangan oleh BEPM dalam APBDP tahun ini telah disetujui dan ditetapkan. “Itu akan segera kami tambahkan. Besarannya disesuaikan dengan frekuensi kebutuhan penerbangan dari masing-masing maskapai,” ujarnya.

Dikatakan Tirusel, ada sejumlah daerah yang frekuensi penerbangannya cukup tinggi. Maka, dipastikan akan mendapat tambahan lebih besar dibandingkan dengan daerah dengan frekuensi kebutuhan penerbangan yang sedang atau kurang.

Beberapa daerah yang frekuensi penerbangannya tinggi, antara lain Lembusan di Kecamatan Sungai Boh, Sule-Pipa, kecamatan pemekaran Kayan Hilir. “Karena Sule-Pipa ini hanya bisa diakses oleh pesawat, tidak ada akses lain, bahkan sungai atau darat tidak bisa,” urainya.

Untuk penerbangan dengan maskapai Mission Aviation Fellowship (MAF) jatah penerbangan ke Lembusan dan Mahak Baru (Sungai Boh) serta Data Dian sudah habis. Sedangkan untuk penerbangan dengan Susi Air hanya penerbangan ke Lembusan yang sudah habis. “Itu sampai dengan akhir September lalu,” jelasnya.

Sementara itu, jatah penerbangan yang sudah nyaris habis untuk penerbangan dengan maskapai MAF, antara lain Pujungan yang tinggal menyisakan 2 kali penerbangan. “Mungkin bulan ini sudah habis, penerbangan ke Long Nawang (Kayan Selatan) tinggal 7 penerbangan. Lalu Sule-Pipa sisa 10 kali penerbangan, Long Alango (Kecamatan Bahau Hulu) sisa 10 penerbangan, Long Metun 6 penerbangan, dan Sungai Barang sisa 9 kali penerbangan,” sebutnya.

Untuk maskapai Susi Air, Long Nawang menyisakan 23 kali penerbangan, Mahak Baru (26 kali penerbangan), Data Dian (Kayan Hilir) menyisakan 24 kali penerbangan, Sule-Pipa menyisakan 23 kali penerbangan dan Long Alango (Kayan Hulu) menyisakan 17 kali penerbangan. “Semua dihitung per September lalu,” pungkas Tirusel.

Di Malinau, Baru 1 Parpol Ajukan Daftar Caleg

Di Malinau, Baru 1 Parpol Ajukan Daftar Caleg

Kecamatan Sungai Boh

Kecamatan Sungai Boh adalah hasil pemekaran dari Kecamatan Long Nawang, awal terbentuknya Kecamatan Sungai Boh karena masalah Pendidikan dan pembangunan yang tidak merata, pada tahun 2003 Desa Mahak Baru ditetapkan sebagai Ibu kota Kecamatan Sungai Boh sedangkan Desa-desa disekitar Ibu Kota, Desa Dumu Mahak, Desa Data Baru, Desa Long Lebusan, Desa Long Top, dan Desa Agung Baru, besar manfaat pemekaran terhadap anak-anak sekolah dengan nya pemekaran dibangun pula sekolah SMP dan SMA, sebelum ada pemekaran sekolah SMS dan SMA hanya ada diKecamatan Induk L. Nawang. sekarang anak yang ada di Desa-desa sekitar Mahak Baru tidak perlu lagi susah-susah bersekolah jau-jau karena sudah ada sekolah diKecamatan yang dekat dengan desa dan terbukti setelah ada sekolah di Mahak Baru sudah ada beberapa anak dari Kecamatan Sungai Boh yang tamatan S1 yang rata-rata S.pd lulusan-lulusan S.pd ini lah yang diharapkan utuk memajukan pendidikan di Kecamatan Sungai Boh untuk bersaing dengan dunia agar tdak tidak kalah dengan orang yang hidup diperkotaan, tidak hanya pendidikan melainkan roda prputaran ekonomi rakyatpun mnjadi brubah dngan adanya pemekaran ini, duluh tidak perna terlihat ada mobil  Kecamatan Sungai Boh, tapi sekarang Mobil sudah banyak lalu-lalang didepan rumah, hal ini menjadi bukti bahwa pemekarang mmbawah perubahan, hanya yng menjadi permasalahan sekarang krena kurangnya perhatian pemerintah dalam merawat jalan yang digunakan untuk memenuhi 9 bahan pokok.

Selasa, 01 Oktober 2013

Photo anak Kenyah Mahak Baru


Photo anak Kenyah Mahak Baru


Anak Dayak Kenyah Mahak Baru


Anak Kenyah Mahak Baru

Tentang Lelang Bandara Mahak Baru kec. Sungai Boh

Informasi Lelang
Kode Lelang680321
Nama LelangPeningkatan Bandara Perintis / Air Strip Mahak Baru
Keterangan
Tahap Lelang Saat iniLelang Sudah Selesai
AgencyPEMDA MALINAU
Satuan KerjaDINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
KategoriPekerjaan Konstruksi
Metode Pengadaane-Lelang Pemilihan LangsungMetode KualifikasiPasca Kualifikasi
Metode DokumenSatu FileMetode EvaluasiSistem Gugur
Anggaran
2013 - APBD
Nilai Pagu PaketRp 1.819.222.000,00Nilai HPS PaketRp 1.800.000.000,00
Jenis Kontrak
Cara PembayaranLump Sum
Pembebanan Tahun AnggaranTahun Tunggal
Sumber PendanaanPengadaan Tunggal
Kualifikasi UsahaPerusahaan Kecil
Lokasi Pekerjaan
Desa Mahak Baru - Malinau (Kab.)
Syarat Kualifikasi
*Ijin Usaha
Ijin UsahaKlasifikasi
SIUP, TDP, SIUJK,SITU,SBUJKSIPIL/KECIL/MIKRO
*Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 25 atau Pasal 21/Pasal 23 atau PPN sekurangkurangnya 3 (tiga) bulan yang lalu;
April, Mei, Juni 2013
Peserta Lelang4 peserta [Detil...]

Rabu, 2 Oktober 2013 Tentukan Pajak dan Retribusi Desa Hasil Rakor Jadi Acuan Besaran Tarif dalam Perdes

diposting Oleh Gamas Jawan

MALINAU - Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Malinau bersama instansi terkait lain melakukan rapat koordinasi, untuk menentukan besarnya jenis-jenis tarif retribusi dan pajak desa, yang bisa dikelola dan memberikan konstribusi bagi pendapatan asli desa.

Hal ini mengacu pada Peraturan Bupati Nomor 13 tahun 2011, tentang penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada desa sebanyak 31 urusan. Rapat tersebut dipusatkan di ruang Intulun, kemarin (1/10), yang dipimpin Kepala Dispenda Drs Agustinus MAP dan dihadiri sejumlah perwakilan SKPD terkait.

Menurut Agustinus, dari 31 urusan pemerintah yang diserahkan kepada desa dari setiap bidang, dengan beberapa item sub-sub urusan. Dari sekian banyak itu, yang berpotensi memberikan kontribusi pendapatan bagi desa ada sekitar 57 sub urusan yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar.

Antara lain retribusi jasa usaha desa, jasa umum dan perizinan tertentu desa. Dalam penerapannya, kata Agustinus, setiap desa harus mengaplikasikannya ke dalam bentuk peraturan desa. Karena setiap pungutan desa itu harus memiliki dasar hukum yang kuat, yaitu peraturan desa.

“Dari desa-desa yang kita sudah didampingi, yakni desa-desa yang ada di kecamatan Malinau Kota, Malinau Utara dan Malinau Barat. Yang saat ini masih dalam proses,” sebut mantan Camat Malinau Barat ini.

Sambil melakukan pendampingan ke desa-desa dalam membuat draf rancangan regulasi desa, terang mantan Kepala Bagian Tata Perintahan (Kabag Tapem) Setkab Malinau ini, masih menunggu berapa besaran tarif maksimal yang akan dituangkan dalam Perdes tersebut.

“Kalau  yang kita bahas ini bisa segera disahkan dan ditandatangani oleh pimpinan, akan diteruskan ke desa. Kira-kira berapa besaran nilai tarif yang ditetapkan desa dalam perdesanya,” terangnya.

Mantan Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik Dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpol dan Linmas) ini menjelaskan, di setiap desa ada kemungkinan tidak sama besaran tarif retribusi dan pajaknya. “Artinya, pemerintah hanya membatasi tarif maksimalnya saja. Diatas itu tidak diperkenankan di pungut, namun dibawah itu silahkan atau digratiskan sekalipun. Jadi, desa tidak semena-mena lagi menetapkan besarannya,” tegasnya.

Dispenda mengharapkan, 5 wilayah kecamatan yang ada di Ibukota Kabupaten Malinau khususnya 26 desa yang sudah mendapat pendampingan langsung bisa klir perdesnya tahun ini, dan paling lambat November mendatang.

Sehingga pada Januari 2014 mendatang, desa dalam menyusun anggaran dan belanja desanya sudah bisa mencantumkan pendapatan desa yang bersumber dari PADes. “Secara umum, rancangan Perdes sudah ada. Hanya tinggal menunggu besaran tarif dari pemerintah ini,” ujarnya.


Buku Tamu

dwey
16-6-2013 19:23:46
​​τнäиκ чöü RADAR Tarakan...sudah menyuguhkan berita hangat dipagi hari saya.. :)


Noldy Limba
16-6-2013 17:49:34
Sukses trus 'Radar Tarakan'. dan tetap meliput berita2 yang fakta dan akurat. Tarakan is the best. :)


oris
16-6-2013 00:45:47
DEar redaksi, Radar tarakan makin maju dengan layanan online yng up to date, cuman yang masih kurang rubrik iklan nih, kog gag di tampilkan. thanks, maju terus Radar tarakan


syamsul
15-6-2013 00:32:23
PSSI Gmna nih kabarx pengcab PSSI, kalau memang tdk sanggup mengurusi sepak bola tarakan, MUNDURlah. masih banyak pecinta sepak bola tarakan yang bisa mamajukan sepak bola tarakan. legowo lah bapak2 pengcab PSSI


Charles Bongal
14-6-2013 10:53:06
Sekedar msukan,, buat pemda kab.nnkan tlong implementasi kn brita media publik didaerah plosok sprti, Sebuku, Tulin Onsoi, Sembakung, Lumbis, Lumbis Ogong


norhayati andris
14-6-2013 08:54:57
radar tarakan is the bast....


fajar apriyanto
13-6-2013 20:06:23
meski aku lagi menempuh pendidikan di jogja, dengan adanya Radar Tarakan Online aku gak ketinggalan informasi tentang Kaltara. Sukses untuk Radar Tarakan (y)


Abdullah
13-6-2013 16:41:24
Kepada Satuan PPP Kota Tarakan agar sering2 memantau Jln. Kuburan China gunung Lingkas krn suasanax gelap, jdi sering digunakan oleh org2 khususx muda mudi utk berbuat maksiat.sering ada yg sambil duduk di motor mereka bermain main asmara dipinggir jalan yg gelap gulita.


adi wibowo
13-6-2013 14:44:32
kepada DINAS PEKERJAAN UMUM Kota Tarakan,agar memeperhatikan jalan aspal menuju masjid Baitul Izza/Islamic center kp4,krn jalanan tersebut berlubang-lubang,sehingga banyak pengendara beroda 2 yang mengalami kecelakaan akibat jalan tersebut yg rusak.trims....


Iswandi rahman
13-6-2013 11:16:12
dear radar tarakan online, salam dari kutai timur, di tunggu update beritanya setiap hari, angkat berita-berita yang menguntungkan bagi warga sekitar.trims


Index Hari Ini
Berkas Perkara Masih Harus Dilengkapi
Waspadai Ancaman Bahaya Laten Modern
2014, Petani Harus Tanam Padi 2-3 kali Setahun
Dokter Long Ampung Ditempatkan di Puskesmas Setulang
Tentukan Pajak dan Retribusi Desa

Berita Sebelumnya
Eksekutif dan Legislatif Sepakati Rp 10 Miliar
Realita Pembangunan Fisik Harus Digenjot
Jangan Pelihara Karir yang Tak Baik
Irau ke-8 Tetap Meriah
Bantuan Home Industry Berupa Paket Peralatan
Pengembangan Ikan Air Tawar di Kawasan Minapolitan
UU Ormas Baru Tahap Sosialisasi

Sejarah tentang Apau Kayan ( Dayak Kenyah )

Sabtu, 2 oktober 2013

Legenda Apokayan
Ditulis oleh : gamas jawan

Jika kita berbicara soal orang-orang Dayak, maka suku yang paling pantas disebut pertama adalah suku Dayak Kenyah yang populasinya lebih besar ketimbang suku-suku dayak lainnya di seluruh Pulau Kalimantan. Termasuk Serawak dan Sabah Malaysia dan Brunai Darussalam. DARI kebesaran suku ini selain sangat populer dengan seni dan adatnya, mereka termasuk suku yang paling dihormati. Tetapi sebutan Dayak Kenyah ini bukanlah berdiri sendiri melainkan mereka memiliki anak suku yang cukup banyak. Untuk itu keberadaan mereka tak terlepas dari apa yang disebut sebagai Legenda Apokayan. Wilayah Apokayan termasuk ke dalam daerah Bulungan yang merupakan basis dari suku dan anak suku (Uma) Dayak Kenyah terletak di ujung barat Kabupaten Bulungan, berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia Timur.

Dari Apokayan inilah orang orang Kenyah berkembang pesat, baik secara budaya maupun adat sebelum akhirnya mereka berpencar ke berbagai wilayah di Kalimantan, seperti Kutai, Berau, Paser, kemudian memasuki pula Kalimantan Barat serta Serawak dan Sabah. Wilayah yang disebut Apokayan saat ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Kayan Hulu dengan luas sekitar 3.500 Kilometer persegi dengan penyebaran pada 14 desa dengan jumlah sekitar 5.000 jiwa. Jumlah ini adalah jumlah mereka yang menetap di Kayan Hulu, belum termasuk di daerah Kecamatan Kayan Hilir serta yang tersebar diberbagai wilayah Kalimantan secara keseluruhan.

Asal cerita orang orang Apokayan ini berawal dari daerah perkampungan “Lundaye“ warga yang berdiam di perbatasan Serawak dan Bulungan, yang bertujuan mencari daerah baru karena populasi mereka kian berkembang. Mereka secara berkelompok menyebar meninggalkan daerah Lundaye. Dari penyebaran tersebut salah satu kelompok terbesar mereka adalah orang orang yang disebut sebagai suku Kenyah sampai ke daerah Apau Da’a Bulungan dan bermukim di tempat tersebut karena daerah ini subur dan kaya dengan hasil bumi yang mereka butuhkan.

Setelah cukup lama bermukim di Apau Da’a, populasi mereka kian pula bertambah, maka untuk lebih berkembang mereka membentuk 12 kelompok keluarga dan mengembara mencari wilayah baru untuk didiami. 12 kelompok tersebut terdiri dari 40 anak suku (Uma) atau keluarga menyusuri daratan dan sungai Kayan hingga sampai kemana mana. Mereka yang keluar meninggalkan Apau Da’a, adalah Uma Bakung, Uma Lepu Tau, Uma Tukung, Uma Jalan, Uma Timai, Uma Baja, Uma Bem, Uma Badeng, Uma Ujok, Uma Pawa, Uma Awai, dan Uma Kayan Ma’ Leken.

Anak suku Kenyah ini amat ulet, berani, dan sangat menjaga kekerabatan serta adat budaya leluhur mereka sampai kemanapun. Pada setiap pemukiman mereka selalu ada balai adat atau Lamin Pertemuan keluarga, selain untuk upacara dan penyambutan tamu. Pada saat kini yang telah menetap seperti Uma Tau dan Uma Bakung mendiami Desa Sungai Barang, Desa Long Uro di Apokayan, sedang Uma Jalan menempati Desa Long Ampung, Long Nawang, dan Nawang Baru. Sedang anak suku lainnya menyebar dan menempati dibeberapa desa wilayah adad Apokayan , seperti Desa Long Bata’oh, Long Temuyat, Long Top,Long Lebusan, Long Anye, Lidung Payau, Long Payau, Mahak Baru, dan Dumu Mahak. Namun walau desa mereka berjauhan mereka tetap menjaga kekerabatan dan saling kunjung mengunjungi bila ada upacara perkawinan, kematian, dan pesta panen tahunan.

Daerah Apokayan ditemukan oleh orang orang Kenyah asal Lundaye pada abad ke 16 dan menjadikan Apokayan sebagai basis dan kawasan adat Suku Dayak Kenyah, dimana setelah berkembang pesat dan berjalan selama dua abab maka pada abad ke 18 mereka mulai eksodus dan menyebar ke arah Kabupaten Kutai menyusuri Sungai Mahakam, Sungai Kapuas Hulu, memasuki daerah kerajaan Berau, terus kehilir Sungai Kayan menuju Tanjung Peso, Tanjung Palas dan Tanjung Selor.

Perubahan adat kepercayaan terjadi pada awal abad 20 pada Suku Kenyah yang dibawa oleh Pemerintah kolonialis Belanda. Mereka mulai mengenal peradaban baru dan secara perlahan mengikis kepercayaan pada kepercayaan leluhur serta tradisi lain yang tak sejalan dengan hukum masyarakat modern, termasuk mereka mulai memeluk kepercayaan Kristen dan Islam, pendidikan serta sosial kemasyarakatan. Yang mengenal perubahan ini adalah masyarakat yang telah meninggalkan daerah Apokayan dengan jumlah tak sedikit, yaitu sekitar 12 ribu jiwa sehingga di Apokayan sendiri tersisa sekitar 3.000 jiwa yang bertahan.

Namun demikian walau tersisa sudah tak banyak, mereka yang tinggal tetap teguh dengan segala kepercayaan dan adat yang mereka percayai semenjak leluhur mereka. Pada setiap waktu mereka selalu melaksanakan upacara sakral yang mereka yakini. Mereka juga tidak perduli dengan keadaan di luar kawasan adat mereka.

Tetapi orang orang Kenyah ini adalah orang yang selalu menjaga kekerabatan secara utuh. Pada kenyataannya walau mereka pergi jauh dan terpencar kemana mana, namun tetap saja mereka pada waktu waktu tertentu kembali ke Apokayan untuk bertemu dengan warga dan tetuha adat yang masih ada. Selain mereka kembali ke Apokayan dalam urusan adat dan keluarga, pada waktu waktu tertentu, mereka juga tak melupakan asal usul mereka yaitu daerah pertama yang disebut desa orang-orang Lundaye dan desa desa asal usul pertama di pedalaman perbatasan Bulungan Serawak.

Dasar utama mereka meninggalkan Apokayan adalah berkaitan pada masalah ekonomi. Karena lahan di Apokayan kian sempit terjadilah perpindahan mereka ke berbagai daerah di samping menghindari persaingan dan perebutan sesuatu wilayah subur yang bisa terjadi antara anak suku (Uma ) Kenyah. Perginya penduduk ke daerah daerah subur yang ditemukan atau diberitakan oleh keluarga dan kerabat yang telah lebih dahulu pergi membuat Apokayan bertambah sepi.

Dalam upaya mengembalikan kehidupan Apokayan untuk menjadi sentral seni budaya dan adat Suku Kenyah, serta mengupayakan agar orang-orang Kenyah yang tadinya pergi bisa kembali ke Apokayan dan membangun Apokayan sebagai pusat keberadaan Suku Kenyah, pada tahun 1994 lalu di Apokayan dilaksanakan pertemuan adat seluruh anak suku (Uma ) Kenyah disertai pesta penen dan pagelaran budaya yang mereka sebut “Bangen Jenai Lale.” Atau dengan arti Bangen adalah Pesta, Jernai adalah Makanan dan Beras, Lale adalah Adat. Yang diambil dari kebiasaan sakral Suku Kenyah.

Sejak itulah kebanggaan sebagai Suku Kenyah ditampakkan ke berbagai wilayah. Semua orang yang berasal dari Suku Kenyah memiliki atau memakai tanda kalau mereka adalah orang orang Dayak Kenyah yang terbesar dan tersebar di seluruh pelosok Kalimantan.. Apokayan yang termasuk di dalam wilayah Bulungan ini memang tak berkaitan budaya atau darah dengan masyarakat atau bangsawan Bulungan. Orang Dayak Kenyah tak memiliki raja atau kerajaan, namun mereka memiliki Kepala Suku dan Kepala Adat yang kedudukannya hampir sama dengan seorang raja. Apa kata Kepala Suku atau Kepala Adat, itulah yang menjadi putusan hukum bagi masyarakat Kenyah.

Sebenarnya daerah Apokayan ini adalah suatu daerah yang sangat indah dan alami, sehingga banyak turis mancanegara yang bertualang di daerah ini untuk menikmati keindahan alam serta ragam budaya yang dimiliki oleh masyarakat Dayak Suku Kenyah. Selain itu banyak pula dari kalangan budayawan asing melakukan penelitian sejarah dan budaya keberadaan Kenyah yang mereka anggap unik serta langka.

Keindahan alam Apokayan kini sudah dikenal oleh masyarakat mancanegara. Apalagi Apokayan juga memiliki hutan yang masih utuh penuh dengan flora dan fauna sehingga merupakan asset jual yang bernilai tinggi. Keindahan Apokayan adalah salah satu dari seribu keindahan alam Kabupaten Bulungan, yang membentang dari ujung Apokayan hingga ke sisi pegunungan Kerayan, membujur kea rah Lumbis, Malinau dan Mentarang; Kemudian dari Long Peso memanjang ke Long Pujungan, Sesayap, Sembakung, dan Nunukan, sampai ke pulau Sebatik. Keadaan ini ketika Kabupaten Bulungan belum terbagi menjadi empat bagian yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Namun demikian hal tersebut adalah hanya persoalan pembagian administrasi dan untuk kepentingan percepatan pembanguan di wilayah utara Kalimantan Timur.

Walau demikian alamnya serta seni budaya dan kondisi lingkungan tetap saja sama tak berubah. Keramahan penduduk Suku Kenyah ini sangat membuat siapapun akan terkesan selama hidupnya. Apalagi bagi kalangan turis mancanegara. Ada diantara mereka yang jatuh cinta dengan Apokayan. Mereka rela tinggal dan mengawini gadis Apokayan yang kebanyakan cantik-cantik alami.

Pada umumnya mereka yang bertualang ke pedalaman dan desa desa di kawasan ini sudah merasa jenuh hidup di tengah tengah kota yang penuh bangunan bangunan beton. Apalagi dengan kebebasan dan cara hidup mereka juga sangat berbeda, walau agama kepercayaan mereka ada yang sama yaitu Kristen Protestan atau Katolik. Di lain itu disini mereka menemukan ketenangan dan kedamaian jiwa terlepas dengan segala tututan hidup yang selalu dalam persaingan.

Sebagai orang Kalimantan apalagi Kalimantan Timur sendiri amatlah rugi jika belum pernah menikmati keindahan dan keramahan masyarakat Apokayan. Penulis yakin jika Anda kesana, Anda pasti jatuh hati dengan situasi yang sangat mempersona. Terutama pada pemuda-pemuda kekar dan tampan serta gadis gadis semampai yang cantik di samping alam yang begitu indah mempersona. Saya yakin Anda tak akan kecewa .Cobalah jangan disia siakan semasa kesempatan masih ada.- *habis

Sejarah Suku Dayak Kenyah

Suku Kenyah adalah suku Dayak[2] yang termasuk rumpun Kenyah-Kayan-Bahau yang berasal dari dataran tinggi Usun Apau, daerah Baram, Sarawak. Dari wilayah tersebut suku Kenyah memasuki Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur melalui sungai Iwan di Sarawak terpecah dua sebagian menuju daerah Apau Kayan yang sebelumnya ditempati suku Kayan dan sebagian yang lainnya menuju daerah Bahau. Pergerakan suku ini menuju ke hilir akhirnya sampai ke daerah Mahakam dan akhirnya sebagian menetap di Kampung Pampang Samarinda Utara, Samarinda. Sebagian lagi bergerak ke hilir menuju Tanjung Palas. Suku Kenyah merupakan 2,4% penduduk Kutai Barat.[3]

Suku Kenyah terbagi menjadi Kenyah Dataran Rendah dan Kenyah Dataran Tinggi /Usun Apau Kenyah.

Seni budaya suku Kenyah sangat halus dan menarik, sehingga ragam seni hias banyak dipakai pada bangunan-bangunan di Kalimantan Timur.Bukan Sahaja terdiri daripada seni ukiran tetapi tarian dan juga cara hidup

Dayak Kenyah terdiri dari beberapa sub suku lagi seperti: [4]

Kenyah Bakung [xkl]
Kenyah Lepok Bam [xkl]
Kenyah Lepok Jalan [xkl]
Kenyah Lepok Tau' [xkl]
Kenyah Lepok Tepu [xkl]
Kenyah Lepok Ke [xkl]
Kenyah Umag Tukung [xkl]
Kenyah Umag Maut [xkl]
Kenyah Lepok Timei [whk]
Kenyah Lepok Kulit [whk]
Kenyah Umag Lasan [xky]
Kenyah Umag Lung [ulu]

Masih banyak sejarah-sejarah yang belum dapat kami jelaskan sejarah yng kami sajikan ekarang hanya sebatas pemahaman kami tentang sejarah umumnya aja. mohon kepada pembaca agar dapat membantu kami dalam membuat sejarah yang lebih jelas, kami mengharapkan saran pembaca demi memperlengkap dan kesempurnaan sejarah ini.

Selasa, 1 Oktober 2013 Eksekutif dan Legislatif Sepakati Rp 10 Miliar Untuk Pengadaan Bibit Karet Masuk APBD 2014 Tanpa Pembahasan



MALINAU – Nota pengantar rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Perubahan (RAPBD-P) tahun 2013, mendapat beragam catatan dari anggota DPRD Malinau. Kritik dan saran tersebut diberikan melalui fraksi-fraksi dalam pemandangan umum DPRD.

Namun menurut Ketua DPRD Malinau Pdt Martin Labo MTh MSi, catatan tersebut merupakan cara DPRD melihat prioritas pembangunan, mengaitkannya pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan realita di masyarakat. Caranya, melihat prioritas utama diatas segala prioritas dengan kegiatan maupun program yang langsung meningkatkan pendapatan rakyat petani.

“Sebagian besar masyarakat Kabupaten Malinau adalah petani, khususnya difokuskan pada jalan usaha tani dan bibit. Itu sebetulnya yang menjadi perbedaan pandangan. Ya, kalau dikatakan perbedaan, implementasinya juga ada pendekatan,” terang Pdt Martin Labo saat dikonfirmasi terkait dengan ketegasan dewan.

Dijelaskan politisi dari Partai Golkar ini, perbedaan pandangan tersebut yakni jika eksekutif melihat ada hal-hal lain yang bersifat fisik yang mesti diselesaikan atau dituntaskan dalam tahun ini. Sedangkan anggota dewan berpikir, untuk kegiatan fisik itu sekalipun ditunda penyelesaiannya tidak akan mempunyai dampak yang lebih besar ke depan daripada menunda merespon kebutuhan riil masyarakat tani. “Disitu sebetulnya perbedaan sub-sub pandangannya kalau tiba pada bagaimana penjabarannya pada angka-angka. Itu memang terjadi perdebatan yang sangat tajam. Tetapi akhirnya tetap dilakukan solusi yang baik,” imbuh Martin Labo.

Sambungnya lagi, angka-angka yang mau dibagikan itu memang sedikit. Sementara hal yang penting untuk dibiayai tidak bisa dicover semua. Sehingga muncul kesepakatan lain yang sebetulnya merupakan bagian dari keputusan saat ini. “Atas usul dari Pak Bupati, memutuskan suatu jumlah, Rp 10 miliar untuk pengadaan bibit yang nantinya formalnya masuk APBD murni 2014 mendatang sampai kepada perencanaannya secara matang termasuk RKA-nya,” ungkapnya.

Keputusan ini diambil, tegas Martin Labo, menampung desakan anggota dewan. Begitu diputuskan pada anggarannya Nopember mendatang, maka SKPD sudah berjalan untuk merespon semangat serta gairah para petani di 5 kecamatan di Kabupaten Malinau.

“Nilai yang diminta anggota dewan waktu itu hanya Rp 12 miliar. Untuk 5 kecamatan ini, untuk menanam karet. Namun akhirnya, disepakati Rp 10 miliar tapi dananya tidak ada dalam APBD-P 2013. Formalnya disepakati, namun sepakat untuk tidak dibahas, tetapi sudah otomatis sudah masuk dalam APBD 2014. Sehingga pada saat diputuskan APBD 2014 pada Nopember tahun ini, SKPD terkait sudah melaksanakan segala persiapan yang dibutuhkan. Harus sudah berjalan pada bulan Januari 2014,” pungkasnya.


Jumat, 10 Mei 2013 Warga Perbatasan Tuntut Pembanguan Infrastrur




MALINAU— Sejumlah anggota dewan yang berasal dari daerah pemilihan (Dapil) 1 yang mencakup kecamatan-kecamatan di wilayah perbatasan selama 2 pekan terakhir di bulan April lalu melakukan kunjungan reses. Masa reses tersebut dipergunakan untuk bersilaturahmi dan menjaring aspirasi warga.

Kila Ulee Herman, Wakil Ketua Komisi II misalnya selama masa reses melakukan pertemuan dengan masyarakat yang menjadi konstituen anggota DPRD dari PDIP ini ke Kecamatan Sungai Boh, Malinau Selatan dan Malinau Barat. Di Kecamatan Sungai Boh, Kila Ulee Herman melakukan pertemuan dengan masyarakat dari beberapa desa.  Pada pertemuan  dengan masyarakat di kecamatan ini Kila Ulee Herman menerima beragam suara dari masyarakat. “Antara lain pemungsian bandara Mahak Baru yang sekarang sudah diaspal sepanjang 1.000 meter,” ungkap Kila Ulee Herman.

Di Kecamatan Malinau Selatan dan Malinau Barat pun demikian. Di Kecamatan Malinau Selatan sebut Kila Ulee Herman di antaranya bertemu dengan masyarakat Long Loreh dan Sengayan. “Kami juga menerima aspirasi dari masyarakat di sana. Misalnya harapan masyarakat untuk dibangunkan PLTA yang dapat mencukupi kebutuhan masyarakat di sana,” jelasnya.

Selanjutnya di Kecamatan Malinau Barat Kila Ulee Herman melakukan pertemuan dengan masyarakat dari Desa Sesua. Warga Desa Sesua, terangnya, juga mengajukan banyak usulan terkait dengan bidang infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik. Usulan dan aspirasi masyarakat tersebut, ungkap Kila Ulee Herman, selanjutnya akan ditampung di DPRD untuk menjadi bahan catatan dan masukan pada pemerintah (eksekutif).(ADV)

Petualang